Ilustrasi Sistem Imun Tubuh
(www.hellosehat.com)

Sistem imun adalah benteng pertahanan tubuh yang kompleks, yang dapat menjaga tubuh dari berbagai macam berbagai zat asing yang bersifat jahat, seperti infeksi, bakteri, virus sampai parasit. Maka dari itu pentingnya diri kita dengan menjaga sistem imun tubuh.

Untuk musim sekarang ini yang sedang banyak kasus virus COVID-19, tentunya banyak membuat masyarakat panik. Kepanikan tersebut dapat berasal dari kurang siapnya masyarakat ataupun kurangnya informasi yang diperoleh mengenai apai itu COVID-19, sehinggga merebak kepanikan massa diberbagai daerah dengan ditandainya panic buying.
Ilustrasi Panic Buying
(www.sains.kompas.com)

Apa itu panic buying?

Menurut Cambridge Dictionary, panic buying is a situation in which many people suddenly buy as much food, fuel, etc. as they can because they are worried about something bad that may happen. Atau dapat diterjemahkan panic buying (membeli dengan panik/berlebihan) adalah sebuah situasi dimana banyak orang tiba-tiba membeli makanan, bahan bakar dan lain-lain sebanyak yang mereka bisa karena mereka khawatir tentang sesuatu yang buruk yang mungkin akan terjadi. Maka dari itu solusinya beli secukupnya saja dan jangan serakah.
Ilustrasi Rak Kosong Akibat Panic Buying
(www.bbc.uk)

Lantas apa hubungannya kepanikan dengan penurunan daya imun tubuh?

Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Menteri Kesehatan, Bapak Terawan Agus Putranto dilanir dari Tempo.co, kepanikan hanya akan menurunkan imunitas tubuh yang membuat diri kita lebih rentan tertular virus.

Sumber Gambar (www.tirto.id)

“Kekhawatiran yang berlebih yang tidak pada tempatnya itu membuat imun kita turun, psikoneuroimunologi kalau itu turun tanpa sadar kita membuat ketahanan kesehatan nasional kita sendiri ikut turun,” kata Bapak Terawan di Rumah Sakit Sulianti Suroso, Jakarta, Senin, 2 Maret 2020.

Secara sederhananya, psikoneuroimunologi adalah hubungan kondisi psikologi dengan sistem saraf dan sistem kekebalan tubuh manusia. Artinya orang stres justru akan lebih mudah sakit.

Saat panik, tubuh akan mengalami tekanan dan melepaskan hormon stres yang disebut kartisol.

Berdasarkan laman WebMD, jika kadar hormon kortisol ini meningkat, dapat menyebabkan kenaikan berat badan yang cepat, kulit yang mudah memar, kelemahan otot, diabetes, dan banyak masalah kesehatan lainnya.

Selain itu, panik atau stres juga dapat menurunkan limfosit tubuh atau sel darah putih yang membantu melawan infeksi.

Semakin rendah tingkat limfosit, semakin berisiko terkena virus, termasuk flu dan pilek biasa.

Dilansir dari Cleveland Clinis, tingkat panik atau stres yang tinggi juga dapat menyebabkan depresi dan kecemasan, bahkan bisa mengarah ke tingkat peradangan yang lebih tinggi.

Dalam jangka panjang, tingkat peradangan yang tinggi mengarah ke sistem kekebalan yang terlalu banyak bekerja dan lelah yang tidak dapat melindungi tubuh dengan baik.

Untuk itu, ahli imunologi klinis, Leonard Calabrese, DO menyarankan 2 hal efektif mencegah kepanikan di tengah pemberitaan negatif, seperti:

1. Meditasi
Bermeditasi selama 10 menit hingga 15 menit, tiga atau empat kali seminggu untuk menurunkan stres. Ini mengurangi kadar kortisol dan mengurangi peradangan.

Penelitian juga menunjukkan itu membantu mencegah kerusakan kromosom yang mengarah pada kanker dan penuaan dini.

2. Yoga
Berlatih yoga juga menurunkan kadar hormon stres dan menenangkan sistem saraf untuk mengurangi peradangan. Napas dalam membantu meningkatkan daya tahan terhadap infeksi.

Pose terbalik dalam yoga membantu sirkulasi cairan melalui sistem limfatik, menyaring racun. Oleh sebab itu, ada baiknya untuk tidak panik menghadapi pemberitaan virus corona.

Meski demikian, kita harus tetap melakukan pencegahan COVID-19 dengan menjaga kebersihan diri maupun lingkungan.

#cegahcovid19

Sumber : Wikipedia, Cambridge Dictionary, tempo.co, health.grid.id, hellosehat.com, bbc.uk, tirto.id, sains.kompas.com

Post a Comment

Previous Post Next Post